Senin, 21 Oktober 2013

Kesimpulan dari Kutipan, Catatan Kaki, dan Daftar Pustaka



Untuk membandingkan Catatan kaki, kutipan dan daftar pustaka.Disini kami menggunakan tiga buku referensi :

Ø Buku pertama :
Judul Buku             : Dari Puncak Bagdad ( Sejarah Dunia Versi Islam )
Penulis                    : Khaled Hosseini
Penerbit                  : Zaman

Ø Buku kedua :
Judul Buku             : Penemuan Hukum Adat
Pengarang               : C. Van Vollenhoven
Penerbit                  : Djambatan

Ø Buku ketiga :
Judul Buku             : Sejarah Para Khalifah
Pengarang               :Hepi Andi Bastoni

Penerbit                  : Pustaka Al-Kautsar

Catatan Kaki
Kesimpulan : Dari catatan kaki dari ketiga buku diatas, kami dapat melihat perbedaannya. Umumnya, penggunaan catatan kaki menggunakan angka-angka kecil yang disematkan pada kata atau kalimat yang akan diberi catatan kaki. Namun, pada buku kedua, penulis menggunakan simbol * (bintang) untuk menandakan catatan kakinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak semua catatan kaki menggunakan angka,tetapi bisa menggunakan bintang. Pada buku ketiga semua catatan kaki diletakkan pada halaman belakang yang disusun berdasarkan bab-bab bersangkutan. Sedangkan pada buku pertama semua catatan kaki diletakkan pada halaman bersangkutan dimana catatan kaki itu berada.

Kutipan
Kesimpulan : Penulisan kutipan bisa dibagi menjadi 2 cara. Pertama, langsung menyertakan sumber kutipan setelah kutipan itu sendiri. Contohnya seperti kutipan dari buku pertama dan kedua. Dan pada buku ketiga, ada kutipan berupa hadist yang juga langsung disertakan sumber hadistnya. Cara lainnya adalah dengan memberi catatan kaki berupa sumber kutipan seperti contoh kedua pada buku ke-3.
Pada buku kedua, Pengutipan hanya diambil sebagian kata dari keutuhan kalimat, mayoritas pengambilan kutipan pada buku ini hanya dilakukan untuk pengambilan contoh pengertian dan sejarah. Sedangkan dibuku ketiga pengutipan dilakukan berupa hadist-hadist dan disertai penjelasan seperti penyesuaian bahasa, dan sebagainya.

Daftar Pustaka
Kesimpulan : Daftar pustaka yang terdapat pada ketiga buku lebih cendrung  meletakkan tahun terbit dibagian akhir. Hal ini berbading terbalik dengan penulisan daftar pustaka menurut format KBBI,tahun terbit diletakkan sesudah nama judul buku sedangkan nama penerbit diletakkan dibagian.Namun, pada ketiga buku penulisan tahun terbit diletakkan dibagian akhir.


Dari materi dan contoh-contoh penulisan catatan kaki, kutipan, dan daftar pustaka diatas, dapat kita simpulkan bahwa ketiganya memiliki keterhubungan satu sama lain. Penulisan kutipan dapat berupa catatan kaki, begitu pula sebaliknya seperti contoh berikut (buku Sejarah Para Khalifah halaman ):

“Hulagu Khan membunuhnya dengan lebih bengis setelah lebih dulu menistanya atas penghianatannya terhadap orang yang telah memberinya kenikmatan yaitu sang Khalifah.”133
- - - - - - - - - - -
133 Sejarah Daulat Abbasiyah, jilid III, halaman 308 dengan penyesuaian bahasa seperlunya.

Secara umum, contoh diatas adalah berupa kutipan yang diambil dari buku Sejarah Daulat Abbasiyah jilid III halaman 308. Namun cara penulisan dan penjelasan tentang “dengan penyesuaian bahasa seperlunya” merupakan catatan kaki. Jadi, dapat dikatakan bahwa kutipan merupakan bagian dari catatan kaki itu sendiri.

Selain itu, mengutip dari suatu sumber berarti kita harus menambahkan sumber tersebut dalam daftar isi. Karena itu, sumber kutipan juga merupakan bagian dari daftar isi. Contohnya pada buku Sejarah Para Khalifah terbitan Pustaka Al-Kautsar mengutip sebuah kalimat dari buku Sejarah Daulat Abbasiyah jilid III halaman 308. Maka dalam daftar pustakanya dapat kita temukan :
Sejarah Daulat Abbasiyah III : Joesoef Sou’yb, Jakarta : Bulan Bintang, Cetakan Pertama, 1977 M.

Minggu, 20 Oktober 2013

CINTA BAHASA INDONESIA


Kita sebagai warga Indonesia sudah sepatutnya Cinta terhadap bahasa kita sendiri yaitu Bahasa Indonesia. Pada dasarnya Bahasa Indonesia sangatlah penting untuk digunakan dalam pembelajaran, seperti di sekolah-sekolah. Pertama masuk sekolah kita sudah belajar Bahasa Indonesia. Dalam lagu Satu Nusa Satu Bangsa, terdapat lirik Satu Bahasa Kita. Maksudnya disini yaitu Bahasa Indonesia. Namun dalam menggunakan Bahasa Indonesia haruslah dengan baik dan benar dan penggunaannya itu harus tepat.

Kenapa kita harus Cinta Bahasa Indonesia ?
Karena Bahasa Indonesia merupakan ciri dari negara Indonesia yang melambangkan kesatuan dan persatuan. Dari bendera Indonesia yaitu merah putih melambangkan merah artinya “berani” dan putih artinya “suci”.

Oleh sebab itu kita perlu menggunakan Bahasa Indonesia, kalau bukan dengan Bahasa Indonesia dengan apalagi kita mempersatukan bangsa.
Dengan seiringnya perkembangan zaman, bahasa Indonesia dalam penggunaan dan penulissannya sering salah atau tidak baku. Kita ambil  beberapa contoh dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang benar adalah :
1.
Singkatan a/n seharusnya a. n. (atas nama)
2. Goa pengaruh bahasa daerah, seharusnya gua
3. Resiko seharusnya risiko
4. Huruf besar  yang seharusnya huruf capital

Adapun contoh lain yang salah dalam penulisan kata yang seharusnya ditulis serangkaian, namun kadang-kadang ditulis secara terpisah yaitu :
1.      ada kalanya seharusnya adakalanya
2.      apa bila seharusnya apabila
3.      bagai mana seharusnya bagaimana
4.      bea siswa seharusnya beasiswa

Maka dari itu penggunaan dalam Bahasa Indonesia perlu diperhatikan. Karena Bahasa Indonesia digunakan untuk sehari-hari. Dan Bahasa Indonesia harus dijaga dan di pelajari lebih dalam lagi agar lebih mengerti. Oleh karena itu kita harus cinta bahasa Indonesia.
kalau bukan kita siapa lagi yang cinta bahasa Indonesia.

Faktor-faktor penunjang dalam penulisan yang baik dan benar:
  • Ragam Bahasa
  • Ejaan
  • Diksi
  • Kalimat
  • Alinea & Pembangunya
  • Kerangka Karangan
  • Kutipan & Catatan kaki
  • Abstraksi & Daftar Pustaka

MAUT DIBALIK TERALI BESI


Dibalik sebuah terali tak pernah diduga  apakah nyaman, aman atau justru sebaliknya rasa terancam menguasai. Sabtu,28-09-2013 pukul 01.30 sebuah rumah tepatnya di Jalan Utama IX/16 yang dihuni oleh salah satu keluarga sebut saja Atjai Husin(suami), Ang Jek Hong alias Mariani(istri) dan Andika Wijaya(anak) ludes dilahap sijago merah atau api.
Pada peristiwa itu tidak meraka bersama Dominique(cucu) tewas terjebak dilantai dua rumah tersebut. Mereka semua ditemukan meringkuk saling berpelukan dipojok kiri teras. Warga yang ingin menyelamatkanpun gagal karena sulit danterasnya terkurung dengan terali besi yang terkunci.
Banyak kejadian kebakaran sebelumnya, meraka terjebak dalam kepungan asa dan api sehingga mereka tidak bisa menyelamatkan diri dari sijago merah.
Pada bulan Juni lalu, kebakaran melanda sebuah ruko tiga lantai yang dihuni tiga orang yaitu Tan Ai Ceng, Liny, Adelynn Levya Khouw dan Parni. Ruko tersebut terletak di Jalan keting 14 Rt 0066 Rw 010 Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.kebakaran bermula dari perikan bola lampu di lantai satu yang pecah tersenggol tongkat dan menyambar material plastik. Mereka semua terjebak saat akan menyelamatkan diri.
Di lantai satu api mulai membesar mereka serta pembantunya berusaha menembus api namun api sangatlah besar untuk ditembus sehingga akan melukai mereka. Meraka pun tetap berusaha menyelamatkan diri dari api dan keluar lewat jendela  dilantai dua dan teras di lantai tiga. Namun usaha meraka gagal karena teras atas tertutup dengan terali besi.
Tragedi kebaran sudah berlalu, namun demi keamanan salah satu pemilik toko perlengkapan bayi, sebut saja Rosdiani masih trauma jika tinggal diruko yang bersebelahan dengan ruko yang terbakar. Ia memilih untuk mengontrak rumah dengan anak serta suaminya. Ruko yang ditinggalinya juga berterali, namun selama ini dia menempati rukonya tidak ada pencurian atau perampokkan. Ia membelinya sekitar enam tahun yang lalu dan memang rukonya sudah terpasang terali.
Beberapa sejumlah kasus kebakaran rumah toko atau ruko berterali besi di Jakarta, yaitu :
1.       Pada 1 September 2012, kebakaran terjadi di sebuah ruko yang berlantai 4. Pemadaman sulit dilakukan karena depan pintu ruko terkunci dari dalam terhalang oleh besi. Penghuni ruko tersebut meninggal dan dua lainnya terluka.
2.       Pada 26 Juni 2013, kebakaran terjadi di ruko bertepat di Jalan Keting 14. Penghuni ruko tersebut meninggal karena si jago merah  dan tidak bisa menyelamatkan diri karena ruko tersebut tertutup oleh besi berterali.
3.       Pada 5 September 2013, empat penghuni ruko yang berada di Jalan Pejagalan Penjaringan, Jakarta Utara meninggal karena ruko tersebut terbakar dan tidak sempat menyelamatkan diri, ke empat penghun i ruko itu terjebak pada bangunan yang berjendela dan pintu terbuat dari terali besi.
4.       Pada 23 September 2013 kebakaran melanda ruko di Jalan Kemang  Utara IX, Jakarta Selatan. Ruko tersebut berpenghuni lima orang, ruko tersebut tidak memiliki fasilitas pintu darurat sehingga penguni ruko tersebut meninggal karena tidak bisa menyelamatkan diri.
5.       Dan pada 28 September 2013 kebakaran terjadi pada sebuah rumah yang berterali besi. Rumah tersebut tertepat di Jalan Jelambar Barat, Jakarta Barat. Satu keluarga akhirnya tewas karena sulit untuk menyelamatkan diri dari kobaran sijago merah.
Dari banyaknya berita-berita tentang  kebakaran ruko dan penghuninya terjebak terali, akhirnya membuat Vera salah satu warga Jelambar Baru membongkar terali rumahnya karena demi keamanan.
Kita tidak tahu kapan maut datang, seperti kebakaran yang terjadi di beberapa tempat. Demi keamanan sebuah ruko atau rumah memang haruslah di perhatikan untuk menjaga penghuni dan harta benda yang dimiliki, agar tidak ada yang pencurian atau perampokan. Namun demi keselamatan pun juga harus di pertimbangkan.
Sumber : Kompas, 10 Oktober 2013