Jumat, 13 April 2012

MANUSIA DAN KEINDAHAN


               KEINDAHAN
                Apakah keindahan Itu ?
Sebenarnya sulit bagi kita untuk menyatakan apakah keindahan itu. Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya.
Menurut cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai suatu kualita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the beautiful” (benda atau hal indah). Dalam pembatasan filsafat, kedua pengertian ini kadang-kaang dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian; yakni
  1. keindahan dalam arti luas
  2. keindahan dalam arti estetis murni
  3. keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan
Keindahan alam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan adap kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual.
Nilai estetik.
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai sepertihalnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segaa sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa pada sesuatu benda sampai terbukti ketakbenarannya
Keindahan atau estetika berasal dari kata Yunani yang berarti merasakan to tense atau to preceive. Pengalaman keindahan termasuk ke dalam tingkat persepsi dalam pengalaman manusia, biasanya bersifat visual (terlihat) atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut. Pengalaman keindahan mungkin ada hubungannya dengan rasa sentuh, rasa atau bau. Pengalaman keindahan mencakup penyerapan perhatian yang menyenangkan dalam pengalaman perseptual sejauh ia timbul dari pandangan yang sepi dari pamrih terhadap suatu fenomena , baik yang alamiah ataupun yang disebut manusia emosi estesis dapat dibangkitkan karena hasil-hasil kesenian ketika seniman berusaha menimbulkan respons, atau dapat dibangkitkan oleh bermacam-macam objek atau pengalaman yang terjadi secara tak dituangkan ke dalam kehidupan sehari-hari (Tinus, Smith, dan Nolan, 1979).
                Orang yang mempunyai konsep keindahan terbatas jumlahnya. Orang tersebut sibuk dengan pemikirannya mengenai imajinasi, karena imajinasi merupakan titik pusat konsep keindahan. Dalam keindahan, sesuatu yang rendah dan tak bernilai dapat berarti, contohnya tembakau dan sebangsanya. Demikian pula keindahan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya sesaat, yaitu yang berhubungan dengan pengalaman pada masa lalu seseorang yang melalui asosiasi dapat menimbulkan yang indah dalam pikirannya. Hal lain yang berpengaruh terhadap keindahan adalah imajinasi, yaitu dengan cara menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai objek imajinasi. Didorong oleh sublimitas sebagai akibat kebebasan menyendiri dan hikmah ketidakberdosaan, akan  menimbulkan keindahan. Dengan semangat menggali kreativitas keindahan dapat dihasilkan.
                Beberapa pandangan tentang keundahan diungkapkan oleh para tokoh filsafat dan tokoh lainnya seperti : Plato menyatakan Tuhan identik dengan keindahan, meskipun keindahan itu bertingkat tetapi keindahan Tuhan adalah abadi. Kemudian ia juga menyatakan setiap benda memiliki keindahan sebab benda mengikuti keindahan Tuhan. Plato menghubungkan keindahan dengan cinta, argumentasinya bahwa perjuangan kesempurnaan itu adalah cinta, sedangkan yang dituju oleh kesempurnaan adalah keindahan. Dengan demikian bagi Plato cinta dan keindahan itu adalah berpadu menuju satu tujuan.
                Dalam membicarakan manusia dan Tuhannya, kita tidak luput dari kata-kata indah. Misalnya Tuhan memiliki norma-norma yang indah. Demikian pula bahwa manusia diciptakan paling indah. Ajaran Tuhan adalah yang paling indah dan Al-Quran pun mengandung berita-berita yang paling indah. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan orang-orang beriman, para nabi, orang-orang yang dengan tulus mencintai kebenaran, orang-orang yang menyaksikan kebenaran agama dalam kata dan perbuatan, dan orang-orang yang soleh merupakan persahabatan yang sangat indah. Keindahan memiliki dimensi interaksi yang sangat luas, baik untuk hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Tuhannya ataupun bagi manusia itu sendiri yang mlakukan interaksi.

Sumber : M. Munadar Soelaeman. 2001. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar