Jumat, 13 April 2012

MANUSIA DAN CINTA KASIH


CINTA KASIH
                Kata cinta selain mengandung unsur perasaan aktif juga menyatakan tindakan yang aktif. Pengertiannya sama dengan kasih sayang, sehingga kalau seseorang mencintai orang lain, artinya orang tersebut berperasaan kasih sayang atau berperasaan suka terhadap orang tersubut yang disukainya. Cinta memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentuk sebuah keluarga dan menjaga anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegangb teguh pada syariat-Nya.
Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk, mulai dari seseorang yang mencintai dirinya, istrinya, anaknya, hartnya, dan Tuhannya. Bentuk cinta ini melekat pada diri manusia, potensi dan frekuensinya berubah menurut situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Pada saat belum berkeluarga, seseorang akan lebih kuat cintanya kepada orang tua setelah berkeluarga cintanya akan nampak terbagi untuk istri dan anaknya.
Cinta orang tua terhadap anaknya sangat sangat kuat meskipun perangai anak itu tidak memuaskan orang tua. Tetapi, cintapun terwujud karena perangai. Cinta seseorang kepada orang banyak memerlukan didikan dan perjuangan, yang memandang sesama manusia sebagai kecintaan yang perlu dibela. Cinta seperti dikatakan dalam rangka perangai utama itu mengandung kejujuran, amanat, dan keadilan. Apabila cinta seseorang telah tumbuh, berarti orang itu mengandung hikmat yang menuntun dirinya kepada kebenaran, kebijakan, dan pengorbanan.
Cinta tidak mudah diterangkan dan diilustrasikan dengan kata-kata. Ia memiliki daya luar biasa pada diri manusia serta melekat dengan kuat. Cinta dapat sekonyong-konyong muncul, dan hilang sama sekali, atau terus tumbuh seperti  cintanya orang tua terhadap anaknya sejak lahir. Cinta dapat dilukiskan dengan memberi, bukan meminta, sebagai dorongan mulia untuk menyatakan eksistensi dirinya atau aktualisasi dirinya kepada orang lain.
Berbagai bentuk cinta dapat diuraikan sebagai berikut :
1.       CINTA DIRI
Secara alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya, manusia membenci segala sesuatu yang menghalangi hidupnya atau yang menghambat segala aktuaalitas dirinya. Manusia membenci segala sesuatu yang mendatangkan penderitaan, rasa sakit, marabahaya lainnya namun  itu semua bisa dihadapi dengan sabar dan selalu memohon kepada yang Maha Kuasa.

Cinta diri erat hubungannya dengan menjaga diri. Manusia menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan bberguna bagi dirinya. Gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaannya yang luar biasa terhadap harta benda (materi). Cinta manusia terhadap benda mendarah daging  sebab manusia beranggapan dengan harta benda ia dapat merealisasikan semua keinginannya guna mencapai kesenangan dan kemewahan hidup.
Sebaliknya cinta yang mulia pun dapat hilang apabila seseorang terlalu berlebihan mencintai dirinya. Kecintaan terhadap dirinya dapat dibuktikan apabila ia tertimpa malapetaka  atau kesulitan, manusia akan berkeluh kesah. Sebaliknya apabila manusia memperoleh banyak harta, ia akan berhati-hati memeliharanya, bahkan dapat melupakan funngsi sosial hartanya. Cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan, tetapi perlu berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik. Inilah yang dimaksud dengan cinta diri yang ideal.

2.       CINTA KEPADA SESAMA MANUSIA
Cinta kepada sesama manusia banyak dilukiskan dan dicontohkan oleh seorang pembawa kebenaran yaitu Nabi Muhammad SAW atau oleh sekelompok orang. Cinta kepada sesama manusia merupakan watak manusia itu sendiri, selai watak manusia sebagai pembenci dan bersifat kikir terhadap manusia lainnya. Biasanya manusia akan mudah membenci atau kurang memperhatikan orang lain apabila ia mendapatkan kesenangan. Akan tetapi, kita sering  mendengar tentang seseorang yang betul-betul mendahulukan keperluan orang lain (ssama manusia) daripada keperluan dirinya sendiri.
Motivasi seseorang mencintai sesama manusia, menurut perpepsi sosiologis, disebabkan karena manusia itu tidak dapat hidup sendirian (manusia sebagai makhluk sosial). Manusia perseorangan (individu) memiliki kelebihan dan kekurangan dalam segala hal sehingga  manusia akan saling menutuopi kekurangannya apabila bekerja sama. Menurut perseppsi agama (islam), mencintai sesama manusia itu merupakan kewajiban. Demikian pula adanya perbedaan warna kulit, ras, etnis,  atau perbedaan fisik manusia, justru untuk saling memperkenalkan diri dalam artian saling mengenal satu sama lainnya. Bahkan  dalam batas suatu kepercayaan, sesama manusia dianggap masih saudara (saudara seiman). Dalam pepatah pun sering sekali dikatakan “kalau tidak kenal maka tak sayang”, berarti makna kenal disini untuk dilanjutkan dengan saling menyayangi atau saling mencintai diantara manusia.
3.       PERTEMUAN DAN CINTA
Menurut Gabriel Marcel, seorang filfus kelahiran Paris (1889-1973), mengemukakan hakikat pertemuan atau kehadiran dan cinta. Kodrat sosial manusia atau hubungannya dengan orang lain, yang hanya berdasarkan kecenderungan-kecenderungan biologis dan psikologis manusia, tidak menghasilkan hidup bersama yang sejati. Orang yang mengikuti kecenderungan-kecenderungan itu mewujudkan hubungan dengan orang lain atas taraf biologis dan psikologis, tetapi belum tentu mereka bertemu dengan orang lain sebagai pribadi, sebagai persona. Dan inilah  yang menentukan  arti kodrat sosial manusia, yakni bahwa aku sebagai pribadi bertemu dengan orang lain sebagai pribadi. Maka hubungan antara orang yang dianggapnya sebagai hubungan personalistis. “Kehadiaran” ini direalisasikan secara istimewa dalam cinta. Di sini “Aku” dan “Engkau” mencapai taraf “Kita”. Dalam taraf “Kita”, “Aku” dan “Engkau”  diangkat menjadi suatu kesatuan baru yang tidak mungkin dipisahkan kedalam dua bagian.
Pertemuan antara dua orang dapat membangkitkan rasa cinta. Pertemuan yang merupakan kontak antara dua orang ialah “Aku” dan “Engkau”, yang saling membuka hati melalui gerak dan kata. Dalam pertemuan terjadi saling membuka hati, terbuka dan yang paling penting kejujuran. Dalam pertemuan pikiran-pikiran egostis harus dilepaskan, sebaliknya dibangkitkan rasa ketersediaan dalam situasi bersama. Hubungan “Aku” dengan “Engkau” adalah hubungan dinamis, berkembang, yang dimulai dengan kepercayaan sampai lebih nyata dalam cinta dan persahabatan.
Hubungan antara dua orang memuncak dalam hubungan cinta. Asal mula hubungan cinta itu adalah anugerah dari Tuhan. Syarat cinta ialah kerendahan hati  orang yanng memanggil, kesediaan pada orang yang dipanggil. Dalam unsur cinta individualitas masih tetap ada, hanya ditutupi dengan berbagai pengorbanan, tetapi demi cinta pula. Cinta tidak dapat diukur secara objektif. Bahkan lebih sulit sekali untuk mengetahuinya.
Akan tetapi suatu saat cinta dapat putus secara mendadak karena adanya pengkhianatan terhadap pasangan dalam cinta. Bila yang dicintai tidak cocok dengan gambaran semula tentang dia, ia tetap dapat dicintai. Tetapi kemungkinan adanya pelaku ketiga dalam sebuah pasangan tersebut. Ini merupakan kritik dan kewaspadaan terhadap cinta . untuk lebih waspada, perlu dikaji konsep cinta dalam ajaran agama.

Sumber : M. Munadar Soelaeman. 2001. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar